Sang pemetik daun teh
Mengayunkan jemari, menarik pucuk dengan senyum
Senyum ikhlas dari keteguhan hati
Hati yang terkadang ingin menangis
Sang pemetik daun teh
Berdiri tegar dibalik bentangan permadani hijau
Diselimuti langit biru dan lipatan kabut syahdu
Ditemani hewan melata yang terkadang tak tahu malu
Tak pernah lelah menyusuri jalan berliku
Tak pernah takut terjatuh walau jalan menanjak berseru
Tak pernah ragu meyusuri lorong sempit yang tak berujung
Tak pernah berhenti walau rintik hujan menyapa
Tak pernah gentar walau petir menggelegar dan siap menyambar
Demi rupiah kau menyanggupi tuk bertahan
Demi pelepas rasa lapar kau pasrahkan jiwa
Walau hasil membuatmu miris
Kau tetap memanggul keranjang berisi ribuan daun teh
Walau do’a dan tangismu belum terjawab
Kau syukuri semua dengan tetap berusaha
Walau langkah kau rasa mulai goyah
Semangat tak pernah kau biarkan padam dalam gelap
Tak ada kata berhenti selama nyawa berada dalam raga
Tak ada untaian keluhan selama pucuk daun teh setia tuk tumbuh
Karena hidup bukanlah penantian
Tapi hidup adalah perjalanan
Inilah mereka…
Yang tersembunyi dibalik kemegahan dunia
Lihatlah mereka sebagai wajah ibu pertiwi
Bukan lagi sebagai isak tangis yang terbengkalai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar